PEPARNAS XVII, SOLO — Perkembangan judo tunanetra di Indonesia belakangan melaju pesat dalam beberapa tahun terakhir. Meski terhitung cabang yang relatif baru, Indonesia mampu mencatatkan prestasi mentereng di kancah internasional. Beberapa waktu lalu Indonesia bahkan sukses menjadi juara umum judo tunanetra di ASEAN Para Games (APG) 2023 Kamboja.
Saat itu kontingen Indonesia digdaya dengan merebut 11 medali emas dan lima perak. Kesuksesan itu tak lepas dari kehadiran Pekan Paralimpiade Nasional (PEPARNAS) yang rutin digelar. Pada PEPARNAS XVII Solo 2024, bibit-bibit baru pun terus bermunculan yang potensial bersaing di level selanjutnya.
Technical Delegate Judo Tunanetra PEPARNAS XVII, I Made Suwadarma, mengatakan keberadaan PEPARNAS sangat membantu untuk menjaring atlet-atlet berpotensi ke tahap selanjutnya. Dia melihat sudah ada beberapa atlet muda potensial yang dapat digembleng untuk ajang internasional seperti APG 2025 di Thailand.
"Ajang ini (PEPARNAS XVII) dipantau tim pelatih Pelatnas judo tunanetra. Tentu sudah ada sejumlah nama yang masuk kantung untuk seleksi Pelatnas,” ujar Made saat ditemui di venue judo tunanetra di Swiss Bellinn Saripetojo, Jumat, (11/10/2024).
Dia mencontohkan atlet judo tunanetra asal Jawa Barat, Opik Jaya, yang mampu meraih emas di nomor pertandingan 60 kilogram klasifikasi J2. Klasifikasi J2 yakni untuk atlet yang dapat sedikit melihat sampai batas tertentu (low vision).
Masih berusia 20 tahun, Opik Jaya sanggup menjadi juara dalam debutnya di PEPARNAS. “Dan masih ada beberapa atlet lain. Atlet seperti Opik Jaya harapannya bisa menjadi penerus senior yang sudah bertarung di kancah internasional seperti Tony Ricardo dan Junaedi," ujarnya.
Atlet Non Elite Bisa Bersaing
Ajang judo tunanetra di PEPARNAS Solo memiliki sejumlah terobosan untuk menempa atlet-atlet baru. Made menyebut kompetisi kali ini tidak memisahkan antara atlet elite (yang sebelumnya pernah meraih emas PEPARNAS dan ajang internasional) dengan atlet nasional.
Dengan demikian, atlet-atlet muda ataupun debutan dapat langsung merasakan atmosfer pertandingan level tinggi. “Memang rata-rata atlet elit masih dominan. Namun ada juga beberapa atlet nasional yang mampu unggul,” tutur Made.
Disinggung persaingan kontingen di PEPARNAS XVII kali ini, Made melihat kejuaraan masih didominasi kontingen Jawa Barat (Jabar). Adapun tuan rumah Jawa Tengah menjadi penantang utama Jabar di cabang ini. “Sejauh ini Jabar sudah dapat enam emas, Jateng membuntuti dengan tiga emas," ucapnya.
Kontingen Jabar sendiri menargetkan juara umum di cabang judo tunanetra PEPARNAS Solo. Pelatih kepala judo tunanetra Jabar, Yuli Yuliani, mengatakan timnya sudah memenuhi target enam emas yang dicanangkan.
"Target sudah terpenuhi, bahkan lebih tinggi dibanding capaian di PEPARNAS Papua (lima emas). Semoga bisa menambah minimal satu emas lagi di hari tersisa untuk memastikan juara umum di cabang ini,” ujarnya.
Yuli mengakui performa Opik Jaya menjadi kejutan tersendiri di timnya. Menurut Yuli, awalnya Opik tidak diproyeksi meraih medali karena PEPARNAS XVII menjadi debutnya. “Opik juga masih muda, baru 20 tahun. Ternyata luar biasa bisa juara,” beber Yuli.
Yuli pun berharap atlet-atlet potensial dari kontingennya bisa bergabung di Pelatnas untuk APG 2025. “Tadi sudah berkomunikasi, infonya peraih emas di PEPARNAS kali ini akan didorong ke Pelatnas,” jelasnya memungkasi.
Hingga Jumat petang, Jabar masih mendominasi cabang judo tunanetra dengan enam emas, tujuh perak dan tujuh perunggu. Tuan rumah Jateng menempel dengan empat emas dan empat perunggu.
Judo Tunanetra
Asian Para Games 2025